Ticker

6/recent/ticker-posts

Kerusakan Alam: Cobaan Atau Peringatan?

Kerusakan Alam: Cobaan Atau Peringatan?

Awal tahun 2025, dunia dikejutkan oleh rentetan bencana alam yang terjadi nyaris beruntun. Kebakaran dahsyat di Los Angeles menghanguskan ribuan hektare hutan, memaksa puluhan ribu warga mengungsi, serta menyebabkan kerugian materi yang mencapai miliaran dolar. Di belahan dunia lain, banjir besar melanda Jeddah, Madinah, dan bahkan Mekkah—kota suci yang selama ini jarang mengalami curah hujan ekstrem. Sementara itu, gempa bumi mengguncang Thailand dan Myanmar dengan kekuatan yang merusak infrastruktur dan merenggut banyak korban jiwa. Di Indonesia, kawasan Jabodetabek pun tak luput dari musibah banjir yang melumpuhkan aktivitas masyarakat dan menambah daftar panjang penderitaan akibat cuaca ekstrem.

Namun, persoalannya bukan sekadar deretan bencana. Ini adalah peringatan—peringatan keras dari alam, dan lebih dalam lagi, peringatan dari Sang Pencipta. Dunia sedang menjerit, dan manusia harus sadar bahwa banyak dari bencana yang terjadi adalah dampak dari ulah kita sendiri, yang telah jauh meninggalkan petunjuk Al-Qur’an sebagai pedoman dalam menjaga keseimbangan alam semesta.

Allah telah menegaskan dalam QS. Ar-Rahman 55 ayat 7-9:

“Dan langit telah Dia tinggikan dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu tidak melampaui batas dalam keseimbangan itu. Maka tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu merusaknya.”

Bumi diciptakan dengan sistem yang sangat harmonis dan seimbang. Ketika manusia mengabaikan keseimbangan ini—dengan eksploitasi berlebihan, kerakusan, dan ketamakan atas sumber daya alam—maka yang terjadi adalah kehancuran. Kita harus paham akan petunjuk kitab suci untuk menyadari bahwa Allah telah memberi sinyal peringatan melalui ayat-ayat-Nya dan kenyataan di sekitar kita.

Allah juga berfirman dalam QS. Hud 11 ayat 6:

“Dan tidak ada suatu makhluk bergerak pun di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah.”

Sayangnya, janji ini ternoda oleh sistem global saat ini yang dikuasai oleh kapitalisme dan penguasa penguasa rakus yang tidak mengenal batas. Ketimpangan, keserakahan, dan eksploitasi sumber daya alam dilakukan tanpa memikirkan masa depan bumi.

Kerusakan ini telah diperingatkan pula dalam QS. Ar-Rum 30 ayat 41:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”

Krisis pangan, krisis iklim, dan krisis sosial kini menjadi bagian dari kehidupan manusia modern. Ini bukan hanya soal tindakan besar seperti deforestasi masif atau polusi industri, tetapi juga tindakan kecil dan pilihan harian kita yang turut berkontribusi pada kerusakan bumi.

Konsep butterfly effect mengajarkan bahwa satu tindakan kecil di suatu tempat bisa berdampak besar di tempat lain. Bisa jadi, Kerusakan kerusakan yang terjadi di dunia atau di bangsa ini adalah efek dari keputusan-keputusan yang merusak ekosistem alam dan dunia demi keuntungan segelintir orang.

Inilah akibatnya jika manusia menggunakan pedoman dan petunjuk yang salah dalam kehidupannya yang selalu mengedepankan keinginan pribadinya atau mengikuti petunjuk yang selama ini mereka anggap benar namun salah dimata Allah.

Hal ini juga diperjelas di QS. Al-Jasiyah 45 ayat 23

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

Untuk itu, sudah saatnya kita kembali kepada pedoman dan petunjuk yang Haq atau benar, yaitu kitab kitab suci sebagai dasar pelaksanaan hidup kita, yang sudah diajarkan oleh rasul rasul terdahulu dan sekarang kepada kita, sehingga alam semesta akan terjaga keseimbangannya dan terciptanya kehidupan damai, harmonis dan sejahtera.

Post a Comment

0 Comments